Breaking News
Loading...
Selasa, 22 Oktober 2019

Deteksi Migrasi Wereng Coklat Menggunakan Zat Warna Fluoresen

12:39 AM

Deteksi migrasi wereng coklat menggunakan zat warna fluoresen bertujuan memperoleh informasi jarak tempuh migrasi wereng coklat dari daerah/titik ledakan. Pengujian dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu pengujian skala laboratorium di rumah kasa dan dilanjutkan pada skala lapangan. Pengujian skala laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat zat warna fluoresen yang meliputi metode aplikasi, penentuan dosis yang tepat untuk penandaan (tagging), mengetahui pengaruh zat fluoresen tersebut terhadap mortalitas wereng coklat, kemampuan terbang, dan persistensi atau kemampuan zat warna tetap menempel/merekat pada tubuh wereng coklat.
Pada pengujian lapangan dilakukan deteksi kemampuan migrasi wereng coklat. Pengujian lapangan dilakukan di daerah ledakan (hopperburn). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Zat warna fluoresens Stardust hanya dapat diaplikasikan dengan tambahan bahan perekat.
Aplikasi harus dilakukan 2 tahap, yaitu pertama penyemprotan bahan perekat kemudian dilanjutkan dengan larutan stardust. Stardust pada dosis 2 g/l dapat mengakibatkan kematian serangga uji lebih dari 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis maksimal yang dapat digunakan adalah 2 g/l, namun stardust tidak mempengaruhi kemampuan wereng coklat untuk terbang.
Selain menyebabkan kematian, stardust juga dapat hilang tercuci oleh air dan dapat menghilang dari tubuh serangga uji. Lamanya waktu bertahan pada tubuh serangga yang masih dapat terdeteksi tidak lebih dari 3 hari setelah aplikasi, sehingga penangkapan hanya dapat dilakukan kurang atau sama dengan 3 hari setelah aplikasi. Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa wereng coklat mampu bermigrasi sejauh 10 km dari daerah/titik ledakan.
Artinya jika terdapat ledakan wereng coklat, daerah yang masuk dalam radius 10 km harus dapat mengantisipasi adanya migrasi wereng coklat. Hasil ini juga memperkuat teknologi pengendalian dimana pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan penanaman serentak dalam hamparan yang luas.
Faktor yang diduga mempengaruhi arah penerbangan/migrasi adalah faktor arah hembusan angin, cahaya, dan kondisi pertanaman.
(bbpadi)(maspolhut)

0 comments:

 
Toggle Footer