Breaking News
Loading...
Rabu, 16 Oktober 2019

Unsur Hara, Hama dan Penyakit Padi

5:45 PM

Ada hubungan antara status hara tanaman dengan timbulnya penyakit. Kadar nitrogen yang tinggi, kalium dan silikon yang rendah menyebabkan tanaman lebih peka terhadap infeksi patogen (Ismunadji 1976). Penyakit bercak daun coklat (Heminthosporium oryzae) pada tanaman padi dikenal indikatif untuk lahan yang kekurangan kalium.
Peran kalium untuk menurunkan tingkat serangan busuk batang telah dibuktikan melalui percobaan di Jakenan yang tanahnya berkadar kalium rendah. Tanggapan tanaman terhadap pemupukan kalium sangat nyata. Pada kondisi tanah berkadar K rendah, rendahnya produksi bukan hanya karena kekurangan kalium, tetapi juga karena penyakit busuk batang, seperti dapat dilihat pada tabel (Ismunadji 1976)
Tabel Hasil gabah dan tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit busuk batang pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakun pupuk (N-P-K)
Tingkat Kerusakan (%)
Indeks Hasil
0-0-0
47,0
100
0-60-60
0,3
104
120-0-60
7,2
163
120-60-0
69,2
66
120-60-30
23,3
146
120-60-60
4,4
187
120-60-90
2,3
202
120-60-120
1,8
173
Kiraly (1964) melaporkan pemupukan nitrogen pada takaran tinggi menurunkan kadar fenol dalam tanaman sehingga tanaman lebih peka terhadap penyakit. Matsuyama (1975) juga melaporkan bahwa pemupukan nitrogen takaran tinggi menghasilkan tanaman padi berkadar selulosa dan lignin rendah dan tanaman peka terhadap penyakit blas.
Tanaman padi yang berkadar silikon rendah lebih peka terhadap penyakit, seperti bercak daun coklat dan blas, dan resistensinya meningkat dengan pemupukan silikon. Banyak yang berpendapat bahwa lapisan epidermis berkadar silikon tinggi menghambat penetrasi cendawan dalam tanaman, sehingga untuk pertumbuhan yang sehat diperlukan nisbah SiO2/N yang tinggi (Matsubayashi et al. 1963). Tanaman yang dipupuk nitrogen takaran tinggi, sel epidermisnya berkadar silikon rendah sehingga lebih peka terhadap penyakit blas (Ou 1972)
Penyakit blas yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea merupakan salah satu masalah utama dalam upaya peningkatan produksi, terutama padi gogo. Penyakit blas merusak tanaman padi mulai dari persemaian sampai pengisian bulir. Gejala penyakit blas dapat muncul pada daun, buku batang, dan leher malai. Secara umum ada dua jenis blas yaitu blas daun yang merusak taman pada fase vegetatif dan blas leher malai yang merusak pada awal pembungaan (Bonman 1992). Penularan blas yang serius pada fase vegetatif dapat menyebabkan matinya tanaman dan pada fase generatif dapat menyebabkan patahnya leher malai dan bulir padi jadi hampa (Ou 1985). Patogen Pyricularia grisea mempunyai daur ganda (polisiklik) dengan kemampuan membentuk ras baru dalam waktu singkat. Varietas yang dinyatakan tahan harus mampu mengahadapi banyak ras. Ketahanan tanaman padi terhadap penyakit balas dipengaruhi oleh gen ketahanan pada tanaman inang, patogenesitas cendawan P. Grisea, dan faktor lingkungan (Ou 1985). Ketahanan ini dapat dikendalikan oleh satu, beberapa, dan banyak gen. Satu gen dapat mengendalikan ketahanan ras tertentu, beberapa gen dapat mengendalikan beberapa ras dan banyak gen mengendalikan banyak ras (Takahashi 1992).
Pertanaman padi di lapang selalu diserang oleh berbagai hama, diantaranya yang utama adalah penggerek batang padi (PBP). Ada empat jenis PBP yang ditemui dilapangan dan terbanyak yaitu penggerek batang padi kuning (PBPK). Larva PBPK menyerang tunas muda, serangan pada stadia tanaman vegetatif disebut sundep dan serangan pada stadia tanaman generatif disebut beluk. Berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan hama ini di antaranya dengan menggunakan insektisida. Pengendalian dengan insektisida merupakan cara konvensional dan akan berpengaruh terhadap serangga bukan sasaran serta mencemari lingkungan. Oleh sebab itu, selalu diupayakan alternatif pengendaliannya. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian senyawa Si dapat mengurangi serangan hama penggerek batang, termasuk PBPK. Larva yang memakan tanaman yang mengandung SiO2 alat mulutnya akan aus, sehingga tanaman akan terhindar dari serangannya. Senyawa SiO2 ditemui pula dalam bentuk pupuk. Bila pupuk SiO2 tersebut diaplikasikan pada tanaman, maka kandungan SiO2 tanaman akan meningkat, sehingga PBPK tidak menyukainya. (bbpadi)(maspolhut)

0 comments:

 
Toggle Footer