Salah satu alternatif untuk tetap dapat meningkatkan produksi pangan khususnya padi di lahan naungan adalah dengan pengembangan padi gogo ekosistim lahan kering.
Selama ini padi gogo banyak dibudidayakan petani pada lahan datar (tradisional), kawasan perbukitan daerah aliran sungai (DAS), dan sebagai tanaman tumpangsari dengan tanaman keras seperti tanaman perkebunan muda dan pada program peremajaan hutan.
Melalui sistim tumpangsari, masyarakat sekitar hutan dapat menarik manfaat untuk malakukan budidaya tanaman pangan sekaligus meningkatkan produksi dan penghasilannya.
Berdasarkan batas naungan tanaman pokok 50%, sistim tumpangsari dapat dilakukan sampai tahun ketiga untuk peremajaan tanaman karet dan tahun keempat untuk kelapa sawit.
Salah satu hambatan peningkatan produksi padi gogo adalah petani umumnya masih menggunakan varietas lokal yang tingkat produksinya relatif rendah. Selain itu benih yang digunakan umumnya dari hasil pertanaman padi gogo musim sebelumnya dengan daya kecambah yang sudah menurun.
Sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan produksi padi sistem tanam tumpangsari disela tanaman hutan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) merekomendasikan penggunaan varietas unggul padi gogo yakni Rindang 1 Agritan dan Rindang 2 Agritan.
Kedua varietas tersebut cocok ditanam dilahan tumpangsari karena toleran terhadap naungan dan kekeringan. Potensi hasil dari kedua variteas tersebut bisa mencapai 6-7 t/ha.
Keunggulan lain varietas tersebut tahan terhadap penyakit blas, serta toleran terhadap keracunan Al.
Penerapan pola tanam berbasis padi gogo yang intensif seperti tersebut, dapat berfungsi sebagai tindakan konservasi tanah secara vegetatif. Kontak langsung air hujan secara fisik dengan permukaan tanah akan berkurang karena tertahan oleh daun dan ranting tanaman. Selanjutnya penyerapan air secara perkolasi melalui akar tanaman akan meningkat, sehingga aliran permukaan berkurang dan erosi tanah dapat diminimalkan.
Keuntungan lain dari tanaman tumpangsari adalah; a) tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman pokok menjadi berkurang, b) residu pupuk yang diberikan pada tanaman pangan dapat dimanfaatkan oleh tanaman pokok hutan, c) terjadi penambahan bahan organik dari sisa atau limbah tanaman pangan, d) tegakan tanaman pokok hutan menjadi lebih baik. (bbpadi) (maspolhut)
0 comments:
Posting Komentar