Salah satu tahapan yang berpengaruh terhadap kualitas benih jagung adalah teknik panen dan pascapanen. Sebelum panen dilakukan diperlukan seleksi tongkol yang menyimpang di pertanaman antara lain tinggi tongkol yang melebihi rata rata, posisi tongkol yang menyimpang dari posisi tongkol induknya serta penutupan kelobot yang jauh menyimpang dari deskripsi induknya hendaknya dipanen lebih dahulu.
Setelah tanaman dipanen dilakukan seleksi tongkol yang menunjukkan tampilan yang tidak dikehendaki antara lain: (a) adanya kontaminasi biji warna lain pada suatu tongkol, dan tongkol yang menyimpang atau ompong, (b) tongkol yang berbiji jarang (barren cob) karena factor genetis atau faktor fisiologis, (c) tongkol yang tidak sehat, biasanya terserang cendawan terutama hasil panen musim hujan (d) tongkol yang bentuknya secara genetic berbeda dengan tongkol-tongkol yang normal karena pengaruh penyimpangan (off type).
Penjemuran tongkol dilakukan sekitar 4-5 hari sampai kadar air biji turun menjadi 16-17% agar pemipilan dapat berjalan lebih cepat dan kualitas calon benih yang dihasilkan lebih baik. Setelah melalui proses pemipilan, calon benih tersebut segera dijemur di lantai jemur yang beralaskan terpal beberapa hari agar kadar airnya turun hingga mencapai 10-11%. Pada musim kemarau penurunan kadar air sampai 10-11 % mudah dicapai, tetapi pada musim hujan agak sulit sehingga perlu dikeringkan dengan mesin pengering. Setelah kering dilakukan sortasi biji, tergantung dari ukuran rata-rata biji yang akan disortasi.
Disarankan untuk melakukan grading dengan alat mekanis sehingga ukuran benih lebih seragam. Selanjutnya calon benih dikemas dalam kantong plastik kedap udara, tergantung permintaan konsumen biasanya 5 kg/ kemasan agar kantong tida mudah pecah, dan ke dalam kantong kemasan diberi carbofuran sekitar 1 g/kemasan untuk mencegah kumbang bubuk, dan benih disimpan sambil menunggu saat yang tepat untuk distribusi ke konsumen. (balitsereal)(maspolhut)
0 comments:
Posting Komentar